Fitri Tanpa Cahaya

Freepic: Fitri Tanpa Cahaya

Kirana Aura Zahy (Siswa Kelas IX)

Hari ini memasuki hari ke 30 aku harus berdiam di rumah sangat menyebalkan, dimana pada tahun 2020 ini menjadi pertama kalinya kita harus memberi jarak antara satu sama lain, dan pertama kalinya kaki kita tidak bisa melangkahkan untuk keluar.

   “Assalamualaikum, Buk,” ucap seorang perempuan berambut panjang bernama Rania, saat melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang sangat sederhana dan beralaskan hanya tanah. Dengan nada yang sedikit kasar.

   “Waalaikum salam, Nak kamu dari mana saja?” tanya Dian, Ibu Rania.

   “Ibu nggak perlu tau, oh ya bu sekarang kan bulan Ramadhan dan sebentar lagi hari raya Idul Fitri masa kita tidak membeli baju baru gitu?” tanya Rania.

   “Ngapain Nak kita harus beli baju baru? Bajumu kan masih bagus bagus, ibu juga sering melihat kamu pakai baju baju itu juga cantik, kamu pakai baju apapun juga cantik,” jelas Ibu.

   “Buk aku tuh bosen, masa baju gitu gitu doang, hidup itu butuh diperbarui Buk nggak itu itu doang, lihat teman teman aku buk semua udah pada beli baju baru buat hari raya masa kau enggak, nanti apa kata teman teman aku buk?” jelas Rania panjang lebar.

   “Nak sekarang itu juga lagi situasi pandemi kaya gini masa kamu mau beli baju baru? Buat makan aja kita susah, apalagi beli baju baru.”

   “Rania nggak mau tau buk, pokoknya Rania tahun ini harus punya baju baru.”

   “Kita dapat uang dari mana, Nak?”

   “Kita kan punya seorang bapak yang dapat menafakai keluarganya, masa bapak nggak bisa buat cari uang?”

   “Nak, ingat nak bapak kamu itu hanya seorang kuli bangunan nak, nggak seperti bapak teman teman kamu yang seorang dokter atau lain sebagainya bayarannya pun beda bapak kamu itu bayarannya nggak seberapa sedangkan bapak teman kamu bayarannya besar.”

   “Ya.. berarti Ibu juga harus bekerja jangan dirumah terus, bantu bapak yang bekerja biar ibu juga nggak diam dirumah terus, lalu ibu juga dapet penghasilannya, terus kita bisa beli baju baru sama barang barang baru.”

   “Nak ibu ini udah tua, masa ibu harus bekerja?”

   “Ibu juga harus bekerja masa ibu enak enakan duduk di rumah aja.”

   “Kalau begitu mendingan kamu juga ikut ibu bekerja, sekalian bantu ibu, gimana?”

   “Oke kalau begitu, tapi Rania cuman bantu yang sedikit sedikit aja, rania nggak mau yang pekerjaan berat.”

   “Emangnya kita jualan apa?”

   “Jualan masker kek, atau jualan makanan gitu.”

   “Terus modalnya gimana?”

   “Kita minta ke bapak lah buk.”

   Tanpa disadari bapak Rania pun datang dengan keadaan yang sangat kotor dengan baju yang sangat lusuh, seperti yang kita ketahui bapak Rania adalah seorang kuli bangunan.

   “Ada apa buk? Kenapa ribut sama Rania?”

   “Begini pak, Rania ini mau pengen beli baju baru tapi kan kita lagi nggak punya uang, buat makan aja kita susah apalagi beli baju kan mahal pak, tapi katanya Rania mau bantuin kok pak,” jelas Ibu Rania.

   “Emangnya kalian berdua mau jualan apa?” tanya sang bapak.

   “Kita jualan masker aja pak, masker kan sekarang lagi mahal biar kita juga cepet dapat uangnya,” sela Rania.

   “Yaudah kalo gitu Bapak akan beli kain sama benang, terus nanti kalian jual, didekat jalan raya sana.”

   Malam hari pun tiba semua orang pun tertidur pulas.

***

   Akhirnya pada keesokan harinya sang bapak pergi ke pasar untuk membeli bahan bahan pembuatan masker, sementara Rania dan Sang Ibu masih sibuk untuk membuat dan menjahit setiap kain agar bisa menjadi sebuah masker yang bisa dipakai begitupun dengan hari hari selanjutnya, dan akhirnya masker yang sudah bertumpuk tumpuk siap untuk dijual.

   “Bukk.. ayo cepetan lama amat sih,” ucap rania dengan nada kasar.

   “Sebentar, Nak sabar.”

    Mereka berduapun berjalan menuju Tempat dekat dengan jalan raya dan saat mereka menyebrangi jalan tiba tiba… BRUKK… sebuah mobil menabrak Rania tepat dikepalanya, Sang penabrak mobil tersebut pun membawanya ke rumah sakit terdekat. Tangisan sang Ibu pun pecah seketika.

   “Bagaimana, Dok keadaan anak saya,” Tanya Ibu rania dengan menangis.

   “Anak ibu megalami kebutaan karena adanya cedera parah akibat kecelakaan tadi,” jelas Sang dokter.

   “Apakah tidak dapat disembuhkan, Dok?”

   “Bisa Bu, tapi harus dioprasi, dan itu membutuhkan dana yang besar.”

     Sang ibu tidak dapat berbicara apa apa, Ibu Rania hanya bisa menangis.

***

   “Buk kok di sini gelap? Lampunya ngapain dimatiin buk?” tanya Rania

   “Di sini lampunya nyala, Nak.”

   “Terus buk kok di sini gelap?”

   “Kamu mengalami kebutaan, Nak.”

   “Rania buta Buk? Nggak mungkin buk, ibuk bohong kan, Rania nggak mungkin buta buk,” ucap Rania dengan menangis tak henti-henti.

   “Allah sudah berkehendak lain Nak, mungkin ini adalah ujian dari Allah.”

   “Buk Rania minta maaf ya Buk, Rania udah buat kasar ke ibu, dan ini mungkin jadi pertama kalinya Ramadhan tanpa melihat  dunia yang sangat indah ini.”

   “Jika mata dibalas mata, maka seluruh dunia akan buta.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *