Sadar Literasi di Masa Pandemi

Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Namun, upaya pemenuhan hak tersebut tidak mudah. Salah satu isu paling utama yang ada dalam pendidikan di Indonesia adalah keterbatasan buku.

Di tengah pandemi yang mendera dunia, upaya untuk menggerakan literasi sebagai langkah strategis mengalami kendala yang berat.

Pertama, pembiasaan yang biasa dipraktikkan di sekolah dengan program gerakan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai tak bisa terlaksana. Dijalankan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran wadah, menyebabkan program ini mandek.

Kedua, kita memiliki budaya visual, sehingga semangat untuk membaca jelas-jelas bermasalah. Contoh, kalau anak diberi 2 pilihan membaca buku atau nonton filmnya. Maka, serta merta dia akan memiliki nonton film dari novel tersebut.

Intinya, membaca belum menjadi menjadi budaya yang akar karakternya kuat. Trus, gimana cara yang ampuh supaya literasi di masa pandemi ini bisa berjalan atau (harapnya) bisa lebih meningkat.

Tips yang tepat adalah menjadi rasa ingin tahu (kepo) jadi kebutuhan. Orang yang rasa ingin tahunya tinggi, maka dia tidak kenal waktu dan tempat, dia akan mencari sumber informasi yang diinginkan. Kalau sudah seperti itu, maka mau tidak mau dia akan membaca buku, cari info di internet, sosial media, dan media lainnya.

Maka, pandemi bisa menjadi ‘ladang’ yang cospleng untuk bisa menggiatkan kebutuhan tersebut. Rehat boleh, berdiam diri di rumah harus karena pandemi silakan, asal bisa bisa memberikan nilai positif. Lha, membaca salah satu imun untuk berwawasan luas itu. Gimana? Kalau tidak percaya, silakan dicoba dan buktikan bedanya. Salam literasi. (Ichwan Arif)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *