Perpustakaan sebagai Pusat Peradaban

Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, perpustakaan-perpustakaan Islam pernah mengalami kejayaan. Kegemilangan yang sama hendak dicapai oleh Muslim masa kini. Kegemaran kaum Muslim belajar secara alamiah menghasilkan budaya baca dan kegiatan pelestarian buku.

Koleksi perpustakaan pertama muncul pada periode Umayyah. Beberapa koleksi di perpustakaan itu bahkan masih terjaga hingga sekarang. Kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan telah mampu menghadirkan catatan terkait aktivitas kepustakaan dan pengumpulan buku.

Tradisi keilmuan peradaban Islam cukup dinamis. Ini dibuktikan dengan munculnya banyak karya di berbagai disiplin ilmu. Ragam hasil pemikiran tersebut sebagiannya terdokumentasikan hingga kini dalam bentuk buku cetak ataupun digital. Terpeliharanya karya para ulama masa lalu itu tidak terlepas dari fungsi dan keberadaan perpustakaan.

Sayangnya, buku-buku yang ada sepanjang sejarah kerap menjadi sasaran perusakan, baik oleh bencana alam atau ulah tangan manusia. Sejarah mencatat, tentara Mongol di Bahgdad pernah menghancurkan secara massal karya-karya Muslim saat itu. Pada masa inkuisisi Spanyol, terjadi pemindahan ribuan naskah dari dunia Islam ke perpustakaan personal di Barat. Paling terkenal ialah Perpustakaan Inggris, Bibliotheque Perpustakaan Nasional Perancis.

Berkaca dari sejarah, sangat disayangkan kalau perpustakaan hanya dijadikan tempat buku. Kalau ini yang kita pahami, maka perpustakaan hanya sebagai gudang semata.

Untuk itu, gerakan literasi sekolah harus dimulai dengan keringanan langkah kaki kita untuk menuju ke pepustakaan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Hanya itu yang bisa kita lakukan, kalau kita masih ingin menjadikan perpustakaan sebagai pusat peradaban. (Ichwan Arif)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *