Pertarungan Dua Bersaudari

Judul buku              : Sisters Red: Dua Bersaudari Bertudung Merah

Penulis                   : Jackson Pearce

Penerjemah           : Ferry Halim

Penerbit                 : Atria

Tahun Terbit          : 2011

Tebal buku              : 432 hlm

Novel ini menceritakan pemburuan dua gadis bersaudara terhadap Fenris, serigala jadi-jadian yang telah membunuh banyak gadis-gadis. Dua gadis bersaudara yaitu Scarlett dan Rosie March mulai melakukan setelah nenek mereka diserang kawanan serigala yang juga menyebabkan hilangnya mata kanan Scarlett.

Suatu ketika, bersamaan dengan kembalinya Silas, lelaki yang menjadi sahabat mereka dalam berburu, intensitas serangan para Fenris semakin bertambah. Bahkan ada banyak kawanan yang berburu bersama-sama, yang kemudian Scarlett sadari bahwa para Fenris pasti sedang mengejar Calon Fenris.  Tapi mereka tidak memiliki informasi yang spesifik tentang siapa Calon tersebut, kapan ia akan muncul atau di mana ia berada saat ini. Dengan semua pertimbangan, mereka memutuskan bahwa perburuan Fenris atau Si Calon akan lebih baik jika dilakukan di kota yang lebih besar yang dekat dengan Ellison, yaitu Atlanta. Di sana jumlah Fenris lebih banyak dan pasti akan ada informasi lebih banyak yang bisa mereka peroleh tentang Si Calon.

Di Atlanta ternyata mereka tidak hanya mengetahui informasi-informasi berharga tentang siapa Calon Fenris, tetapi tumbuhnya benih cinta antara Rosie dan Silas tanpa sepengetahuan Scarlett. Rosie yang merasa berutang nyawa terhadap kakaknya tahu betul bahwa Scarlett akan membencinya karena merebut Silas, sahabat sejak kecil. Rosie diam-diam juga mengikuti kegiatan les di luar jam berburunya, kelas-kelas melukis, origami, atas dukungan Silas dan dengan merahasiakannya dari Scarlett. Kegiatan-kegiatan ‘normal’ yang selama ini tidak pernah bisa Rosie ikuti, yang ternyata menggembirakan lagi hidupnya.

Kelebihan

Penulis dalam menggambarkan aksi dan konflik pertarungan antara Scarlett, Silas ataupun Rosie dengan para serigala setiap adegannya sangat detail. Begitu pula dengan sang penerjemah, tidak ada kesulitan untuk mengintrepertasi kalimat-kalimat penulis kedalam bahasa Indonesia. Sehingga saat membaca semua kalimat yang menceritakan pertarungan, pembaca bisa dengan mudah membayangkan rasanya seperti melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Kelemahan

Alur dalam novel ini terasa lambat serta kurangnya detail penggambaran karakter Fenris.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *